Liputan Khusus Reportase

“Ma Arus” Album Refleksi 8 Tahun Merah Jingga

Pontianak, 10 Desember 2024

Setelah hampir dua tahun ini bergerak secara sporadis, Merah Jingga akhirnya tetap kembali sporadis melalui Mini Showcase yang diberi tajuk “Mendengar Sebelum Terdengar”, sebuah acara yang diselenggarakan oleh Infinity dan The Paws khusus untuk mempromosikan album terbaru Merah Jingga berjudul “Ma Arus”. Bagaimana tidak sporadis, 2 tahun terlihat tak berproduksi, tiba-tiba merilis album. Berisikan 8 lagu baru pula. Seolah hendak menyamai usia 8 tahun mereka di belantika skena musik.

Digelar di The Paws pada Sabtu malam, 7 Desember 2024, acara ini dihadiri para media, penikmat musik, tamu undangan, dan tentunya penggemar setia yang memang telah rindu menyaksikan penampilan Merah Jingga, dan penasaran dengan 8 lagu baru yang menemani 1 single “Thani”, melengkapi total 9 lagu di dalam album Ma Arus sebelum dirilis secara resmi pada 12 Desember 2024, di platform-platform digital.

“Bukanlah tanpa alasan menggelar mini showcase ini di The Paws, melainkan karena The Paws adalah rumah kita, dimana semua aktivitas Merah Jingga dan semua lagu yang akan dirilis dalam Album Ma Arus dibuat di rumah ini. Oleh karena itu, acara Mini Showcase Merah Jingga diadakan disini, karena selain mengundang kawan-kawan untuk hadir mendengarkan lagu-lagu terbaru merah jingga, kami juga ingin mengundang kawan-kawan untuk dapat hadir langsung ke rumah kami.” Ujar Atuy, salah seorang personel Merah Jingga

Selain ajakan main ke rumah tersebut, Ma Arus juga memiliki makna filosofis sebagai “Doa Ibu,” merupakan nama yang lahir atas perjalanan panjang dan ketekunan Merah Jingga sejak 2016 terbentuk. Ma Arus juga menjadi refleksi tentang kekuatan doa ibu yang selalu mengiringi setiap langkah mereka. Mengingat, dalam proses perjalanannya, menyelesaikan album Ma Arus hingga bisa rilis memakan waktu kurang lebih 4 tahun, ditandai dengan rilisnya Single Thani pada tahun 2021.

Sebagai band yang mengangkat estetika tradisional dan modern, dan sebagai band yang lahir di Kalbar, “Merjing”, panggilan singkat Merah Jingga, sampai saat ini masih terus mengangkat isu lingkungan, bahkan album Ma Arus hadir dengan lebih berani dan kompleks dalam menyuarakan keresahan yang mereka rasakan atas tanah Borneo. yaitu mengangkat isu-isu yang berkaitan erat dengan isu-isu sosial.

“Menurut kami segala yang tradisional itu sangat erat kaitannya dengan lingkungan dan berkaitan erat pula dengan apa yang terjadi disekitar kita sekarang. Dan saat ini, pada Album Ma Arus, kami mengangkat terkait problematika di isu-isu yang kita angkat dan berisi sindiran untuk orang-orang yang terlibat dalam praktek tersebut.” Tutup Atuy.

Sementara itu, Aip, Manajer Merah Jingga pada sesi diskusi juga mengatakan bahwa, dalam proses perjalanan pengkaryaan yang dilakukan oleh Merah Jingga dalam konteks karya, merupakan bagian dari apa yang mereka resahkan dan juga mereka rasakan. Tentu saja, juga sebagai upaya edukasi teruntuk anak-anak muda, khususnya yang ada di Kota Pontianak, yang mengikuti karya dan mendengarkan musik Merah Jingga agar terinspirasi dan menyadari ruang-ruang yang ada disekitar mereka. Seperti permasalahan sosial dan lingkungan yang telah dideskripsikan sebelumnya.

Karya-karya Merjing berisikan tent ang perspektif dan beberapa hal yang kami gundahkan, dimana lagu-lagu ini kemudian kami lempar keluar sebagai pembacaan, dan bentuk informasi, dengan harapan lagu-lagu merjing yang tersampaikan, dapat  mengajak kawan-kawan yang mendengarkan mampu melihat serta sadar akan adanya ruang-ruang yang perlu diperhatikan.” Ujar Aip.

Beberapa lagu diantaranya ialah; Anomalia, Api Berhala, dan Thani. Anomalia merupakan lagu yang terinspirasi dari Podcast Najwa Shihab, yang berkenaan dengan undang-undang ITE, dimana dalam kasus ini siapa saja dapat menjadi korban dan kena sanksi hukum. Selain itu, lagu anomalia juga menjadi sambungan dari lagu Hawa Sudut Jingga dalam menyuarakan perlawanan terhadap patriarki walaupun tidak dikemas dengan sangat spesifik seperti lagu sebelumnya. 

Sedangkan Api Berhala adalah sebuah lagu yang mengangkat tentang kritik terhadap para lingkar kekuasaan-penguasa. Lalu teruntuk lagu Thani adalah single yang dikeluarkan sendiri sebelum ini (2021), yang diangkat untuk menyuarakan suara para petani dan mengkritik pemain isu tanah adat yang diambil alih oleh orang luar, yang karenanya, –masyarakat adat– khususnya para petani harus berjuang agar mendapatkan kembali tanah mereka, yang dalam kasus ini juga dirasakan oleh vokalis mereka, yaitu Anci.

“Keluarga saya banyak yang menjadi petani, melalui lagu ini saya harap dapat mensejahterakan petani, terlebih lagi jika mengingat banyak petani yang belakangan ini menjadi korban bahkan sampai kehilangan nyawanya karena berupaya mempertahankan tanah adat milik mereka, semoga lagu ini mampu menjadi penggerak dan penambah semangat untuk semua petani.” Ujar Anci. 

Melalui Ma Arus, Merah Jingga juga ingin mengajak anak muda untuk bangga menjadi bagian dari Borneo dan peduli terhadap isu sosial dan lingkungan yang ada di Kalbar. Agar lebih mengenal, peduli serta mengetahui apa saja yang ada dan sedang terjadi di tanah borneo ini.  []

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Ditulis Oleh : Sasandra Ahsya Tiara

LEAVE A RESPONSE

Your email address will not be published. Required fields are marked *