Oleh: Rizka Meilani
Ketapang pernah mempunyai komunitas-komunitas teater, namun belakangan hari komunitas tersebut hilang. Belum lagi sebenarnya banyak sekali penggiat seni di Ketapang ini, baik yang memang berkiprah disini maupun yang telah berkiprah di pontianak hingga nasional. Dengan adanya kegiatan pementasan “Gravito” selama 3 hari (3-5 mei 2024) di Teras Belakang Pendopo Bupati Ketapang, akhirnya mentrigger kembali simpul-simpul kesenian disini.
Kayong Artwork terbilang baru berdiri sejak 10 november 2023. Komunitas ini diisi oleh anggota yang beragam umur dan jenjang pendidikan, dari anak SMP, SMA/SMK dan Perguruan Tinggi. Saat ini Kayong Artwork memiliki kurang lebih 30 anggota aktif. Adalah Adib Orze. Salah seorang pelaku seni teater asal pontianak yang telah hijrah ke ketapang sejak desember 2017 dikarenakan tugas negara. Dirinya menginisiasi pendiran Kayong Artwork dan mengumpulkan anak-anak muda ketapang yang berminat terhadap dunia seni peran. Setelah beberapa kali melakukan proses latihan dasar bersama, kemudian dirinya memantapkan pondasi Kayong Artwork dengan menggarap pertunjukan sekaligus sebagai salah satu proses memperkenalkan komunitas kepada warga Kota Ketapang dan mempererat tali persaudaraan dengan sesama pelaku pelaku seni yang ada di ketapang.
Naskah Gravito (aslinya Graffito) karya Akhudiat adalah naskah drama dengan keuniversalan tema tentang manusia dan Tuhan. Naskah ini menawarkan estetika chaostik, keindahan estetika dari keberantakan artistik. Ketakberaturan permainan dan adegan. Keriuh-bisingan pola permainan aktor, ketidak menentuan (ambivalensi) karakter tokoh-tokoh, serta kerap menampilkan visual montase dalam pengadeganan. Sebagai pengarang, Akhudiat berhasil membuka wawasan pembaca tentang “perbedaan yang indah” dalam suatu pernikahan beda agama.
Dengan kesadaran bahwa naskah ini tergolong berat untuk diangkat dan dibawakan dengan anak-anak muda baru di ketapang, Adib Orze menggarap gravito dengan pendekatan komedi. Tak dipungkiri dialog-dialog di gravito memang penuh makna-makna tersembunyi dari balik teksnya, justru inilah yang dijadikan Adib Orze sebagai bahan bakar dalam membangun satire yang dibungkus dengan estetik yang bombastis adegan per adegan hingga selesai, ditambah beberapa orang balik layar yang diboyong dari Pontianak, untuk menambah spectaclenya sehingga pentas ini terbilang cukup berhasil menyampaikan pesannya secara utuh kepada penonton walau dengan banyak tawa.
Sebagai komunitas seni yang memfokuskan diri pada cabang seni teater di kabupaten ketapang namun tidak menutup kemungkinan cabang-cabang yang lain dikarenakan teater merupakan seni yang kompleks, Kayong Artwork punya banyak kisi-kisi dalam pentas perdana mereka kemarin. Membicarakan tentang perbedaan sosial maupun keyakinan, pergaulan anak-anak muda yang memilih hidup di jalan-jalan, dimana zaman semakin membuat anak muda mencari kebebasan, dan tentunya masih relate dengan keadaan sosial yang terjadi saat ini di Kabupaten Ketapang. Selain itu naskah gravito ini merupakan naskah yang sangat familiar dan pengkarya lebih dituntut eksplorasi dikarenakan sisi surealis yang terkandung dalam naskah tersebut.
Kayong Artwork juga memilliki misi sebagai wadah bagi para pelaku kesenian, baik komunitas-komunitas seni dan khususnya teater, sehingga kedepan diharapkan semakin ada keterhubungan dengan masyarakat, pemerintah, instansi terkait, stake holder, maupun donatur.