Oleh : Miftahul Huda
“Pepadah Film” merupakan program acara nonton bareng dan diskusi di 12 titik desa di Kabupaten Kayong Utara sebagai bagian dari kegiatan Sinema Mikro, Dana Indonesiana, Kemendikbudristek RI. Program yang dijalankan oleh Lembaga Simpang Mandiri, Kayong Utara ini akhirnya telah mulai bergulir dan diselenggarakan dengan serangkaian acara-acara lain yang memikat perhatian masyarakat, seperti penampilan para musisi dari Sanggar Simpang Betuah dengan senandung melayunya. Demikian pemandangan yang terlihat dari dua titik yang sudah disinggahi dengan kegiatan Pepadah Film ini,
Yang pertama, di lapangan kantor Desa Padu Banjar, dan yang kedua di halaman SMPN 4, Simpang Hilir, Desa Pemangkat. Di Desa Padu Banjar, sebagai pelaksanaan perdana dari program ini memutarkan 3 film. Film yang diputar pertama adalah “Adat Berladang Negeri simpang Matan” yang menggambarkan mengenai tradisi dan budaya berladang yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat simpang hingga saat ini. Film ini mendapat apresiasi tinggi dari penonton yang hadir sebab salah satu pemain dan lokasinya berada di Desa Padu Banjar yakni M Jusup.
Selanjutnya, acara penyambutan Raja Simpang, yaitu Gusti Muhammad Hukma, dilakukan dengan penuh khidmat. Penyambutan ini diiringi dengan Hadrah tradisi desa padu banjar yang menambah suasana menjadi semakin meriah.
Acara dibuka dengan sambutan dari Raja Simpang Matan, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan yang diwakili oleh Balai pelestarian kebudayaan ( BPK ) Kalbar. Lalu dilanjutkan oleh Kepala Desa Padu Banjar dan Ketua BPD.
Film selanjutnya yang diputar adalah “Rimba Kumang”, yang mengenalkan tentang kehidupan dan budaya masyarakat lokal. Pemutaran kedua film ini memberikan wawasan mendalam mengenai tradisi dan kekayaan alam setempat.
Puncak acara ditandai dengan paparan dari para narasumber yang dipimpin oleh yaitu Miftahul Huda selalu moderator dengan ketiga narasumber, Isya fahchrudi, Raden Jamrudin, dan raden Jamahari. masing-masing memberikan paparan berbeda yaitu Pak Isya yang membahas paparan mengenai asal-usul kerajaan Simpang Matan. raden Jamrudin memberi materi mengenai kaitan Simpang dan Pandu Banjar. Terakhir oleh Raden Jamahari yang membahas tentang adat berladang dan memberi pesan kepada kepala Desa untuk terus mensupport kebudayaan lokal.
Dan acara ditutup dengan sesi Dopreize yang langsung tiga orang yang menerima. Dan seluruh acara berlangsung dengan lancar dan penuh antusiasme dari para peserta. Masyarakat yang hadir merasa puas dan mendapatkan banyak wawasan baru tentang tradisi dan budaya lokal melalui pemutaran film dan diskusi yang diadakan. (MH)